Kerajaan Aceh – Aceh merupakan salah satu Provinsi yang diberikan Hak istimewa oleh pemerintah Indonesia selain Yogyakarta. Letak Aceh pun berada diujung paling barat Indonesia, dimana Provinsi ini merupakan titik 0 KM-nya Indonesia.
Wilayah ini sudah terkenal akan julukannya sebagai serambi Mekkah dan kental dengan ajaran syariat Islamnya. Selain itu menurut sejarah, Aceh merupakan salah satu gerbang utama masuknya ajaran agama Islam dan perkembangannya begitu pesat sekali.
Setelah Islam masuk ke wilayah ini, Aceh mengalami beberapa perubahan. Salah satu perubahan tersebut ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan Islam termasuk Kerajaan Aceh Darusalam.
Sebetulnya nama Kerajaan Aceh Darussalam, Kerajaan Aceh dan Kesultanan Aceh itu sama, hanya berbeda cara penyebutannya saja. Munculnya kerajaan Aceh tak jauh dari peristiwa ketika mejelang kehancuran dari Kerajaan Samudera Pasai. Samudra Pasai sempat mengalami pucak keemasan dibawah pimpinan Sultan Iskandar Muda.
Jadi berdasarkan sedikit pejelasan saya diatas, maka dari itu pada kesempatan kali ini saya selaku penulis dari CalonPengangguran tertarik untuk membahas lebih detail mengenai Kerajaan Aceh, Yuk simak aja langsung penjelasan lebih lengkap dibawah ini :
Kerajaan Aceh Darussalam
Sejarah Berdirinya Kerajaan
Sejarah mencatat, bahwa pendiri dari Kerajaan Aceh Darussalam Kesultanan adalah Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496 M Sekaligus dibobatkan sebagai Sultan pertama. Awal mula berdirinya kerajaan ini dulunya menaklukkan beberapa wilayah seperti Kerajaan Lamuri, Daya, Pedir, Lidie, Nakur. Wilayah yang telah dikuasai tersebut akan di satukan untuk mendirikan kerajaan baru yaitu kesultanan Aceh.
Sering perkebangan zaman, pada tahun 1524 M wilayah Pasai dan Aru juga telah dikuasai oleh kedaulatan Kesultanan Aceh. Di tahun 1528 M telah terjadi pergantian sultan, dimana Ali Mughayat Syah digantikan dengan putera pertamanya yang bernama Salahuddin (Memimpin sampai tahun 1537 M).
Untuk lebih lengkapnya mengenai siapa saja sultan yang pernah memimpin kerajaan Aceh ini, mari simak bersama ulasan berikut ini :
Baca Juga Berikut Penjelasan Peninggalan Kerajaan Banten Yang Sangat Penting Dalam Budaya
Para Sultan yang Telah Memimpin Kerajaan Aceh
1. Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528 M)
Awal kerajaan Aceh berdiri dipimpim oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Ia memimpin kesultanan Aceh dari tahun Ia memegang tampuk kekuasaan dari tahun 1514-1528 M. Ketika masa kekuasaanya sultan Ali Mughayat Syah dapat menaklukkan wilayah Banda Aceh- Aceh Besar.
Bukan hanya wilayah itu saja, namun melakukan perluasan wilayah hingga ke Sumatera Utara, yaitu daerah Daya dan Pasai. Yang lebih menariknya, Sultan Ali juga menguasai kekuasaan bangsa Portugis di Malaka serta kerajaan Aru.
2. Sultan Salahuddin (1528-1537 M)
Setelah Sultan Ali Mughayat Syah wafat, kedudukan Kesultanan Aceh diteruskan oleh putranya yang bernama Salahuddin. Putra dari Sulatan Ali ini hanya mampu berkuasa dari tahun 1528-1537 M.
Sangat di sayangkan sekali, pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin kerajaan Aceh sempat mengalami kemunduran, karena kurangnya rasa peduli dan tidak dirawat. Maka dari itu, pada tahun 1537 M, kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam kangsung diambil alih oleh saudaranya yang bernama Sultan Alaudin Riayat Syah.
3. Sultan Alaudin Riayat Syah (1537-1568 M)
Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, bahwa Sultan Alaudin Riayat Syah memimpin kesultanan Aceh Darussalam sejak tahun 1537-1568 M.
Pada masa pemerintahannya, kesultanan Aceh mengalami perkembangan begitu pesat yang ditandai dengan menjadi wilayah pangkalan pelabuhan utama di Asia khsus pedagang Muslim mancanegara.
Letak dari kesultanan Aceh sangat strategis, maka dari itu wilayah ini sangat cocok dijadikan sebagai tempat masuk keluarnya (Transit) barang maupun rempah-rempah dari Maluku. Ketika Aceh menjadi bandar utama di Asia, bangsa Portugis selalu membuat kegaduhan.
Maka dari itu, Sultan Alaudin Riayat Syah mengambil tindakan dengan cara meningkatkan kekutan angkatan laut. Selain itu, agar pertahanan wilayah kesultanan Aceh kokoh sultan Alaudin juga mejalin hubungan kerjasama dengan Kerajaan Turki Usmani.
Baca Juga Yuk Simak Pakaian adat Sumatera Selatan Berserta Aksesorisnya Terlengkap
4. Sultan Iskandar Muda (1606 – 1636 M)
Sultan Iskandar Muda merupakan pemimpin yang memiliki ide dan pikiran yang jenius. Di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda berhasil mengantarkan Kerajaan Aceh mecapai puncak Kejayaan. Sulatan Iskandar memimpin dari tahun 1606 – 1636 M.
Selama masa kekuasaannya, Sultan Iskandar Muda merombak sistem pemerintahan dan melakukan terobosan baru. Salah satu contohnya adalah Ia membentuk system kepemimpinan adat untuk setiap suku dan membuat susunan tata negara yang menjadi pedoman peraturan Kerajaan.
Perombakan tersebut menjadikan Kerajaan Aceh Darussalam sebagai Kerajaan Islam terbesar No 5 di dunia setelah Kerajaan Maroko, Isfahan, Persia dan Agra. Selain itu, di masa kekuasaaannya KErajaan Aceh telah menguasai pangkalan pelabuhan Utama dalam perdagangan (pesisir barat dan timur Sumatera, dan Pesisir barat Semenanjung Melayu).
Untuk memperkuat wilayah pangkalan pelabuhan, beliau juga menjalin hubungan kerjasama bersama Inggris dan Belanda.
5. Sultan Iskandar Thani (1626-1641 M)
Sultan Iskandar Tahani merupakan pemimpin Kerajaan Aceh yang mengantikan Sultan Iskandar Muda. Beliau berkuasa dari sejak tahun 1626-1641 M. Pada masa pemerintahannya, beliau fokus terhadap pembangunan dalam negeri (tak melakukan perluasan wilayah).
Beliau ini bukan hanya fokus terhadap bidang pembangunan saja, melainkan bidang pendidikan agama Islam yang selalu di tingkatkan mutu pembelajarannya. Hal ini dapat dibuktikan dengan terbitnya buku yang berjudul Bustanus salatin (Penerbit Ulama Nuruddin Ar-Raniry).
Seiring waktu berjalan, kondisi di wilayah ini semakin kondusif dan harmonis. Peraturan hukum yang berlandasan syariat ajaran Islam mulai ditegakkan.
Masa Kejayaan Kesultanan Aceh
Seperti yang sudah saya jelaskan pembahasan diatas tadi, bahwa KerajaanAceh mengalami masa kejayaan emas dibawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636M) atau bisa disebut Sultan Meukuta Alam.
Beliau berhasil menaklukan sekaligus menguasai wilayah Pahang yang merupakan sumber timah utama. Selain itu, di tahun 1629 M Sultan Iskandar Muda menyatakan melakukan serangan terhadap bangsa Portugis di Melaka. Penyerangan tersebut menggunakan armada 500 buah kapal dengan prajurit 60.000 tentara laut.
Penyerangan ini bertujuan untuk melakukan ekspansi (perluasan wilayah) di mulai dari Aceh sampai Selat Malaka dan semenanjung Melayu. Namun, perluasan wilayah tidak sesuai yang diharapkan. Walaupun kerajaan Aceh menduduki peringkat No 5 di dunia sebagai kerajaan Islam terbesar.
Runtuhnya Kerajaan
Seperti filosofi yang mengatakan Roda Kehidupan Selalu berputar tak selmanya kita hidup dimasa kejayaan. Nah, sama seperti Kerajaan Aceh Darussalam ini yang dulunya mencapai kejayaan emas dibawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Singkat cerita, dimana setelah wafatnya Sultan Iskandar Thani Kerajaan Aceh mulai mengalami kemunduran. Mengapa demikian? Karena Kerajaan Aceh tak memiliiki generasi penerus yang mampu menjalankan roda pemerintahan dengan baik. Dengan demikian, setiap wilayah yang telah dikuasai dulunya melepaskan diri seperti Johor, Pahang, dan Minangkabau.
Faktor lain dari kemunduran kerajaan Aceh yaitu terjadi peristiwa pertikaian yang tidak ada habisnya antara golongan ulama (Teungku) dan bangsawan (Teuku). Hal tersebut terjadi dikarenakan perbedaan aliran keagamaan (aliran Sunnah wal Jama’ah dan Syiah).
Walaupun masih dalam kondisi tidak sehat, Kerajaan Aceh tetap berdiri hingga abad ke 20. Dimana pada tahun 1641-1675 M kerajaan Aceh sempat dipimpin oleh Ratu yang bernama Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam dan Sri Ratu Naqiatuddin Nur Alam di tahun 1675-1678M.
Pertikaian tetap masih memanas, sementara daerah taklukannya semakin berkurang seiring berjalannya waktu, di awal abad ke-20 Kerajaan Aceh Darussalam mengalami kehancuran dan kekuasaannya diambil alih oleh Belanda.
Peninggalan Kerajaan Aceh
1. Masjid Raya Baiturrahman
Bangunan Masjid Raya Baaiturrahman merupakan peninggalan dari Sultan Iskandar Muda sekaligus selaku pendiri masjid ini di tahun 1612 M. Menurut cerita sejarah, pada masa perang dunia ke-2 masjid ini sempat dihancurkan dengan cara dibakar dan dibangun lagi oleh pihak Belanda.
Letaknya yang strategis yaitu ditengah kota banda Aceh membuat masjid ini selalu ramai dikunjungi. Pada tahun 2004 Aceh sempat dilanda bencana Tsunami, namun kondisi masjid ini tetap berdiri kokoh dan dijadikan sebagai tempat perlindungan masyarakat Aceh pada waktu itu.
Untuk kondisi Masjid Raya Baiturrahman saat ini, begitu megah dan terlihat menarik karena selalu dilakukan perubahan (renovasi) hingga mirip seperti bangunan Masjid Nabawai yang ada di Madinah, Arab Saudi.
2. Gunongan
Bangunan Gunongan merupakan peninggalan dari kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Menurut cerita sejarah, Gunongan didirikan sebagai ungkapan rasa cinta beliau terhadap seorang Putri dari Pahang (Putroe Phaang).
Sultan Iskandar muda berniat untuk mempersunting puttri phang dan menjadikan sebagai permaisurinya. Namun, putri itu memberikan syarat terlebih dahulu terhadap Sultan Iskandar Muda untuk dibuatkan sebuah taman sari yang indah dan dilengkapi dengan Gunongan. Persyaratan tersebut diterima oleh beliau.
Kini Taman sari dan Gunongan tempatnya dijadikan secara terpiash, yaitu taman sari, taman putro phaang dan Gunongan. Smemntara posisi ketika tempat tersebut berdekatan dengan Masjid raya Baiturrahman, dengam demikian anja mudah untuk mengunjunginya.
3. Mesjid Tua Indrapuri
Sebelum dialih fungsikan sebagai Masjid, dulunya masjidnya merupakan sebuah candi peninggalan dari Kerajaan Hindu di Aceh. Semenjak Sultan Iskandar Muda memimpin Kerajaan Aceh, peninggalan Kerajaan Hindu ini dijadikan sebgai Masjid untuk tempat ibadah agama Islam.
Anda dapat mengunjungi Masjid yang bernuasa seperti candi ini di di Indrapuri, Aceh Besar.
Sebenarnya peninggalan dari Kerajaan Aceh Darussalam bukan hanya bangunan ketiga diatas, melainkan terdapat peninggalannya lainnya berupa benda seperti uang logam emas, Meriam dan lain sebagainya.
Demikian ulasan mengenai Kerajaan Aceh, Semoga sedikit informasi ini dapat bermanfaat untuk anda semua, terima kasih atas perhatiannya.