Tarian adat Papua Beserta Penjelasannya Terlengkap

Tarian adat Papua – Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kualitas dan aset terbesar dalam sektor pertambangan, wisata dan budaya. Selain itu, Papua juga memiliki kebudayaan yang beraneka ragam jenisnya mulai dari bahasa, rumah adat, pakaian tradisional termasuk tarian adat yang akan kita bahas kali ini.

Pada era modern ini, budaya Papua mulai tergerus diakibatkan oleh kurangnya rasa Cinta serta melestarikan adat yang dimilikinya, tentu hal ini lah yang mengakibatkan budaya Provinsi Papua semakin hilang ditelan zaman. Dimana pada zaman dulu, para leluhurnya telah banyak berkorban untuk menemukan jati diri Papua dan menjaganya, namun kini generasi penerusnya secara mudah melupakan jasa-jasa leluhur terdahulu.

Salah satu budaya yang mulai luntur di Provinsi Papua adalah tarian adatnya. Oleh karena itu, saya sebagai penulis dari situs CalonPengangguran tertarik mengangkat tema ini untuk dijadikan pembahasan pada pertemuaan kali ini. Mari kita lestarikan Tarian adat Papua hingga ke kancah Internasional. Disini terdapat puluhan tarian adat Papua yang saya jelaskan, langsung saja simak ulasannya lebih lengkapnya dibawah ini :

21 Tarian Adat Papua Beserta Penjelasannya

1. Tari Wutukala

tarian adat papua
Sumber Youtbe

Tari adat Papua yang pertama kita bahas adalah Tari Wutukala, dimana tarian ini berasal dari Papua Barat tepatnya diciptakan oleh suku Moi. Tari Wutukala menggambarkan seseorang saat berburu ikan dengan memakai seakar pohon yang bisa membius ikan hingga mati. Bagaimana cara melakukannya? Yaitu dengan  cabut dan siapkan akar pohonnya, kemudian dtumbuk akar tersebut dan taburkan ke tempat-tempat di mana ikan-ikan bersembunyi.

2. Tari Antoroni 

Tari Antoroni tarian adat Papua yang muncul dari daerah Yapen Waropen, Wandamen. Tarian ini pertama kali dipertujukan oleh Jotjam Mg. Wanggai. Seperti yang anda ketahui, setiap derah tentunya memiliki kreasi seni tari yang berbeda-beda dan memiliki ciri khas tersendiri. Biasanya tarian ini dimainkan secara berkelompok oleh penari pria dan wanita.

Para penari tersebut memnawa properti seperti antoroni (obor), umbee (parang), afai (apanah) atau ato (busur panah), rawangguai (piring), dan neina nunggamiai nuntarai (rangka tengkorak manusia). Ketika pementasan berlangsung, tarian ini diiringi dengan alat musik bernama tikainotu (tifa) dan tabura (triton) serta dilengkapi dengan berbagai lagu antara lain Sere-sere Muto, Bosare Bana Yuaou, dan Andi Dona-dona Reyo.

Sementara para penari ini menggunakan busana khas papua, yaitu kawui barika (cawat biru) dan kuwai bua (cawat putih).Untuk penari pria pada bagian kepalanya menggunakan cawat, sedangkan penari wanita menggunakan rok atau kain. Selain itu terdapat aksesoris tambahan yang terbuat dari burung Cenderawasih seperti bulu burung mambruk dan gelang yang terbuat dari kulit Bia.

3. Tari Aya Nende

Tari Aya Nende merupakan salah satu tarian adat Papua yang berasal dari daerah Mimika bagian Timur, yang berbatasan dengan daerah Asmat, Kabupaten Merauke. Pada daerah ini dihuni oleh suku Mimika. Perlu anda ketahui, keberadaan dari tari Aya Nende sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka. Dalam pementasannya, tari adat ini terdapat empat komponen uruttan tari, yaitu :

  • Pada bagian pertama, dimana kepala adat memasuki panggung, lalu memanggil istri-istri para pemburu dalam bahasa daerah, yaitu Ajadendei dendera suma waee.
  • Pada bagian kedua, terdapat sekelompok wanita berperan sebagai istri para pemburu menyambut kedatangan para pemburu (suami) mereka.
  • Para bagian ketiga, terdapat para pemburu menyerahkan hasil perburuan mereka kepada para istri.
  • Pada bagian keempat, melaksanakan upacara dengan tujuan ungkapan terima kasih kepada nenek moyang mereka.

Tari adat Papua satu ini dapat dimainkan oleh sekelompok wanita dan pria, yang dilaksankan saat sore dan malam hari selama semalam suntuk. Untuk penarinya sendiri, biasanya mengenakai pakaian Tauri, yaitu berupa rok yang terbuat dari bahan daun kelapa atau pucuk daun sagu. Selain itu terdapat pakaian Tumii, yaitu gelang kaki dan gelang tangan terbuat dari bahan pucuk daun kelapa dan pucuk daun sagu.

Sementara, ketika tarian ini berlangsung diiringi dengan instrument musik eme (tifa) dan tumuu (bambu) dan disertai iringin lagu berjudul Ayadendei. Tujuan dari pagelaran tarian ini adalah untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada arwah bapak atau arwah nenek moyang mereka.

Baca Juga 30 TARI ADAT BALI BESERTA PENJELASANNYA VERSI TERLENGKAP

4. Tari Falabea

Tari Falabea adalah sebuah tarian adat Papua yang diciptakan oleh suku Sentani, Jayapura. Dibalik penamaan Falabea ini mengandung arti perang, dengan demikian tari ini mencerminkan rasa kepahlawanan.

Biasanya pementasan tarian ini digelar diruang terbuka seperti lapangan pada waktu malam hari. Susunan dari tari Falabea ini terbagi atas tiga bagian, yaitu :

  • Pada bagial awal, terdapat sekelompok pejuan yang sedang mengintai atau mengamati para lawannya.
  • Pada bagian kedua, karena berhasil melawan musuhnya penari ini berekspresi gembiri sambil bernyanyi dan menari.
  • Pada bagian ketiga, terdapat sekelompok wanita yang menyambut kedatangan para pejuang sambil menyiramkan air ke tubuh mereka. Hal ini bertujuan sebagai tanda penghormatan atas kemenangan dalam berperang.

Dalam gerakan tarian ini, penari hanya melakukan gerak badan dan kaki. Sementara untuk formasi tari Falabea biasanya membentuk posisi melingkar.

5. Tari Musyoh

Tari Musyoh merupakan sebuah kreasi seni tari adat Papua yang besifat sakral dari suku adat Papua. Tari Musyoh dipentaskan dengan tujuan untuk menenangkan arwah parara leluhur suku adat papua yang sudah meninggal karena kecelakaan.

Mengapa demikian? Karena masyarakat dari suku adat Papua ini meyakini bahwa jika terdapat orang yang meninggal dikarenakan kecelakaan, maka arwahnya tidak tenang (gentayangan). Oleh karena itu dilaksanakanlah Tari Musyoh dengan tujuan untuk menenangkan arwah orang yang kecelakaan tersebut. Biasanya tarian ini dimainkan oleh penari pria yang diiringi dengan instrument musik khas Papua yaitu Tifa.

6. Tari Awaijale Rilejale

tarian papua
Sumber Mantabz

Tari Awaijale Rilejale merupakan tarian adat Papua yang  diciptakan oleh suku Sentani tepatnya didaerah Sentani, Kabupaten Jayapura. Tari Awaijale Rilejale mencerminkan suatu keindahan alam Danau Sentani saat senja tiba, dimana waktu tersebut masyarakat balek dari kerja dengan menggunakan Perahu.

Tarian ini ditarikan secara berkelompok dengan penari pria dan wanita. Para penarinya sendiri menggunakan busana yang dinamakan pea malo. Busana tersebut terbuat dari bahan serat pohon genemo, kulit kayu, dan daun sagu, dan disertai dengan aksesoris tambahan berupa hamboni atau kalung manik-manik.

7. Tari Aniri

Tari Aniri merupakan tarian adat Papua yang muncul dari Kampung Koakwa, Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat. Keberadaan dari tari adat ini telah ada sejak Indonesia merdeka. Tari Aniri yang diciptakan oleh Imayu ini bersifat sakral dan magis, dimana tari ini mencerminkan pembebasan seorang anak dari gangguan setan, sebab anak tersebut ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya ke dusun.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahawa tari ini menceritakan pembebasan seorang anak yang diganggu para setan. Selian itu, tari Aniri memiliki beberapa susunan tari, yaitu :

  • Pertama terdapat Orang tua.
  • Kedua terdapat anak kecil yang tinggal sendiri di rumah.
  • Ketika terdapat setan yang mendatangi anak kecil di rumah dan dijadikan anaknya.
  • Keempat, dimana orang tuanya tersebut datang mencari anaknya, setelah itu bertemu dan dibebaskan dari kuasa setan, lalu mengikuti bersama para pembebas.

Dalam tari Aniri terdapat tiga gerakan khusus yang menjadu pembeda dari tarian adat Papua lainnya, yaitu :

  • Gerak Wae ndi adalahgerak yang melindungi anak dari gangguan setan.
  • Gerak Aniri ndi adalah gerakan yang memberi makan terhadap setan untuk melepaskan anak.
  • Gerak Wapa adalah gerakan prosespembebasan anak dari kekuasaan setan.

Sementara para penari Aniri ini menggunakan busana yang disebut dengan tauri atau rogoi (daun sagu) dan disertai oleh aksesoris berupa bulu burung kasuari, cenderawasih, dan kakaktua putih. Untuk tata riasnya sendiri biasanya mengenakan kapur dan tanah yang berwarna merah.

Dalam pementasan tari Aniri, biasanya terdapat iringan instrument musik yang disebut dengan tifa dan terdapat lagu pengiringnya yaitu Awito Tao. Tari Aniri dimainkan secara berkempok dengan penari pria dan wanita ketika sore dan malam hari.

Baca Juga TARIAN BANGKA BELITUNG BESERTA PENJELASANNYA TERLENGKAP

8. Tari Suanggi

Tari Suanggi adalah salah satu tarian adat Papua yang menceritakan kisah seorang suami ditinggal mati oleh istrinya yang menjadi korban angi-angi (Jejadian). Keberadaan dari tarian ini belum begitu jelas. Akan tetapi, jika kita penjelasan tersebut tarian ini penuh dengan sifat magis dan sakral.

Menurut keyakinan magis masyarakat Papua Barat, kata Suanggi ini memiliki arti roh jahat (Kapes) karena rohnya masih gentayangan di dunia dan belum nyaman dialam baka. Para Roh tersebut biasanya marasuki tubuh kaum wanita. Untuk gerakan pada tari Suangi ini tergambar seperti gerakan dukun yang sedang melakukan pengobatan kepada pasiennya.

9. Tari Det Pok Mbui

Tari Det Pok Mbui muncul dari Kabupaten Merauke, Provinsi Papua dan tersebar di tiga kecamatan, yaitu kecamatan yaitu Agats, Sauwa Ema, dan Pirimapun. Sama seperti halnya tari Aniri, tari ini sudah ada sejak zaman Indonesia belum merdeka.

Secara etimologi Det Pok Mbui berasalah dari dua suku kata, yakni Det artinya topeng yang mirip setan dan Pok Mbui pesta atau upacara. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan, Dek Pok Mbui adalah pesta topeng setan.

Biasanya tari adat Papua ini dimainkan oleh sekelompok pria dan wanita. Tarian ini dipentaskan pada waktu siang atau sore hari tepatnya setelah panen mencari sagu dengan durasi waktu 2 – 3 jam.

Umumnya tarian ini dilakukan ditempat tepi sungai, mengapa demikian? Sebab nantinya aka nada atraksi menaiki perahu, disini terdapat beberapa perahu topeng yang dibawakan oleh beberapa orang penari.

Untuk para penarinya sendiri menggunakan busana bernama Awer (berupa rok rumput). Sementara para penari pria menggunakan rok yang terbuat dari bulu burung kasuari. Selain itu, pakaian dari para penari ini juga dilengkapi dengan aksesoris seperti gelang-gelang kaki, gelang tangan, dan gelang lengan.

Di bagian lehernya terdapat kalung yang terbuat dari gigi anjing, babi, atau manik-manik. Lalu bagian wajah dan badan penari diberikan warna hitam dari arang, putih dari kapur, dan merah dari tanah atau buah.

Dalam pertunjukan, tari Det Pok Mbui terdapat iringan alat musik fu  (terompet bambu) dan tifa (gendang). Sementara lagu yang diputar dalam tarian ini berjdul Jipai So  (setan atau roh halus). Perlu anda ketahui, dalam tari adat ini juga terdapat susunan tari, yaitu :

  • Pertama letua atau pimpinan dari acara pesta atau upacara berdiri di tengah arena dan memanggil dengan kode Fu (terompet bambu) atau bisa menggunakan suara tifa untuk penanda bahwa upacara akan segera dimulai.
  • Selanjutnya para penari atau peserta upacara berdatangan dan berkumpul dalam pentas.

Untuk gerakan dari tari Det Pok Mbui meliputi gerak pinggul (Jiwi – NdiI), gerak pantat (A – ndi) dan gerak anggota (Ban – ndi).

10. Tari Fela Mandu

Tari Fela Mandu adalah sejenis tari perang yang muncul dari daerah Puyoh Besar, Puyoh Kecil, dan Abar di daerah Sentani Tengah, Provinsi Papua. Biasanya tarian ini dibawakan oleh penari pria dan wanita serta diiringi dengan instrument musik tifa dan wakhu.

Kini masyarakat daerah Sentani Tengah khususnya suku Fam Monim dan Ayapo masih melestarikan tarian ini. Selain itu, mereka juga mempercayai bahwa tari Fela Mandu merupakan warisan dari para leluhurnya.

Sejarah mengatakan, zaman dulu para leluhur orang-orang Putali, Amatali, dan Abar melakukan perang tehadap suku Sekori, Sewiron, dan Sebeya di daerah Abar Sentani Tengah dan mereka berhasil mengalahkannya.

11. Tari Sajojo

Tari Sajojo merupakan tarian tradisional khas Provinsi Papua. Keberadaan dari tarian ini sudah ada sejak tahun 1990 M. Dimana pada waktu itu, tarian ini sempat ditarikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, karena sifatnya yang dinamis. Penamaan dari tari Sajojo ini ternyata diambil dari lagu pengiringnya, yaitu Sajojo.

Pada dasarnya, tari Sajojo menggambarkan cerita wanita cantic di sebuah pedesaaan. Dimana wanita tu dicintai oleh sang ayah dan ibu serta pujaan para lelaki desa. Gerakan para penari ini , yaitu dengan cara melompat, bergerak ke depan, ke belakang, ke kiri, ataupun ke kanan dengan ritmen dan ketegasan gerak yang mewajibkan setiap penari terlihat kompak.

Untuk para penarinya mengenakan kostum pakaian tradisional Papua yang terbuat dari akar atau daun. Seiring berjalannya waktum kini kostum tersebut dikombinasikan dengan kain agar terlihat menarik. Selain itu, busana ini juga telah dilengkapi dengan beberapa aksesoris seperti penutup kepala, kalung dan lukisan tubuh dengan motif etnis khas Papua.

Dalam pertunjukannya, tari Sajojo diiringi dengan alat musik tradisional Papua seperti tifa. Tari ini bisa dikatakan sebagai tarian pergaulan berbagai suku adat di Papua. Kini tarian ini telah terkenal sebagai tarian penyambut tamu yang sering dipentaskan dalam acara penyambutan tamu maupun acara lainnya.

12. Tari Aluyen

Tari Aluyen merupakan tarian tradisional yang muncul dari Provisni Papua Barat tepatnya didaerah Kalasaman, Kabupaten Sorong. Keberadaan dari tari Aluyen telah ada sejak Indonesia belum merdeka. Tarian ini sering ditampilkan ketian terdapat upacara adat seperti acara pembangunan rumah baru, membuat kebun baru, dan lain sebagainya.

Dalam pertunjukan tari Aluyen, biasanya terdapat satu orang penari yang bertugas untuk memimpin jalannya acara, sedangkan penari yang lainnya mengikutinya. Tarian ini dapat ditarikan oleh pria dan wanita, dimana penari wanita berada di belakang pemimpin dengan dua barisan memanjang, lalu penari prianya berada dua baris di belakang penari wanita.

Untuk gerakan dari tari tradisional ini, yaitu melakukan gerak kaki yang mengikuti irama sambil bergoyang pinggul. Para penarinya menggunakan busana yang disebut dengan kamlanan dan dilengkapi dengan aksesoris yang dikenakan di bagian tangan, seperti gelang yang terbuat dari li (manik-manik), saika (gelang perak), medik (gelang sejenis tali), dan eme (perhiasan daun pandan).

Baca Juga 20 TARIAN JAWA TENGAH BESERTA PENJELASANNYA TERLENGKAP

13. Tari Afaitaneng

Tari Afaitaneng merupakan tarian adat Papua yang mucul dari daerah Ambai, di Pulau Yapen, Serui bagian Selatan, Kabupaten Yapen Waropen, Papua Barat. Keberadaan tari Afaitaneng ini telah dikenal oleh sebagian masyarakat suku Ambai sejak Indonesia belum merdeka. Tarian ini termasuk sejenis tari tari tradisional yang berkaitan dengan kepahlawanan.

Secara etimologi, Afaitaneng berasal dari dua suku kata, yaitu afai (panah) dan taneng (milik). Dalam pementasannya, tarian ini dipertujukkan selama semalam suntuk pada waktu sore atau malam hari setelah berperang. Selain itu, tari Afaitaneng juga menggambarkan kehebatan, kekuatan, dan kemenangan rombongan perang melawan musuh dengan bersenjatakan panah.

Ketika pementasan berlangsung, susunan dari tari Afaitaneng yerbagi atas tiga bagian, yaitu :

  • Pada bagian awal, terdapat sekelompok wanita meratapi mayat budak.
  • Pada bagian kedua, terdapat sekelompok pria mempertunjukkan kehebatan dalam memanah.
  • Pada bagian ketiga, mereka merayakan kemenangannya melawan musuhnya.

Biasanya tarian ini dibawakan secara berkelompok oleh penari wanita dan pria, dengan membentuk formasi lingkaran atau barisan. Untuk pakaian yang dikenakan oleh para penari, yaitu memakai busana kuwai (cawat), manik-manik, dan perhiasan gelang tangan.

Selain itu, para penari juga membawa aksesoris tambahan berupa afai (panah) dan umbee (parang) serta diiringi dengam alat musik fikainotu atau tifa dan tabura atau triton. Untuk lagu pengiringnya berjudul Nimasae.

14. Tari Yospan

Tari Yospan adalah sejenis tarian pergaulan yang muncul di dua daerah, yaitu Biak dan Yapen-Waropen. Perlu anda ketahui, sebetulnya tari Yospan merupakan dua perpaduan tarian, yaitu antara tarian pergaulan Yosim dan Pancar.

Tari Yosim merupakan tari pergaulan yang berasal dari YapenWaropen. Dalam pembawaannya, para penari menarikan begitu gemulai, sehingga para penonton atau masyarakat ketika melihat terasa terhanyut.

Pada saat tari Yosim ini berlangsung, terdapat alat musik yang mengiringinya seperti cuku lele dan gitar yang merupakan alat musik yang berasal dari luar Papua. Selain itu, terdapat alat musik yang digunakan untuk bass dengan tiga tali. Dimana tali tersebut dibuat dari lintingan serat sejenis daun pandan.

Kemudian terdapat juga alat musik pengiring lainnya, yaitu kalabasa. Kalabasa ini terbuat dari labu yang sudah dikeringkan dan di bagian dalamnya diisi dengan manik-manik atau batu-batu kecil. Cara memainkannya alat ini yaitu dengan digoyang-goyangkan.

Sementara berbicara mengenai Tarian Pancar, yaitu tarian adat Papua yang berasal dari Biak. Dalam tari Pancar ini gerakannya tidak selincah dan tak sebanyak tari Yosim, sebab geraka dari tari ini mengikuti ketukan alat musik tifa yang mengiringinya. Alat music tersebut terbuat dari kulit biawak (soa-soa).

Penamaan dari tari Pancar ini diambil dari peristiwa sebuah nama pesawat pancar gas yang pernah melintas di atas Biak. Masyarakat setempat terpesona melihat pesawat terseut yang menyisakan awan tebal dan garis putih pada lintasannya tersebut, sehingga tarian tersebut diberi nama tari Pancar.

15. Tari Perang

Mengapa tarian ini dinamakan dengan tari Perang? Karena lingkungan ,asyarakat setempat sering melakukan perang antarsuku yang disebut dengan perang adat. Dimana masyarakat setempat mempercayai bahwa perang melambangkan kesuburan dan kesejahteraan. Apabila tidak terjadi perang, maka ternak babi dan hasil pertanian tidak berkembang.

Selain itu, nama besar suku tidak menggema luas, suku bersangkutan dianggap lemah oleh lawan dan tidak berarti bagi suku-suku lain. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, suku-suku tersebut telah menyadari bahwa setiap kali berperang pasti menelan korban jiwa.

Pada akhirnya para utusan tiap (mambri) melakukan pembicaraan antarsuku agar melakukan perdamaian. Pada saat seorang mambri terpilih, maka suku tersebut siap berdamai dengan suku lainnya.

Tari Perang akan dimulai dengan adanya tanda turunnya para pria Wamena ke medan perang dengan ekspresi beringas, tampak tidak terurus, penuh dengan coreng moreng warna putih di wajah dan sekujur tubuh, lengkap dengan panah, parang, dan tombak di tangan.

Untuk pakaian yang dikenakan, yaitu koteka dan daun-daun yang terlilit di bagian lengan, kaki serta kepala. Dimana para pria tersebut terbagi atas dua kelompok, satu kelompok ditempatkan di sebelah timur dan satu lagi di sebelah barat.

Setelah itu, mereka membentuk ancang-ancang untuk berperang dan tidak ada satu pun panah yang lepas dari busur mereka. Hanya saja terdengar bunyi siput yang ditiup oleh kepala suku masing-masing untuk Persiapan Tari Perang mulai berperang.

Ketika berlangsungnya peperangan, salah satu pihak tidak boleh melalui garis demarkasi. Kemudian para penari tersebut mengacung-acungkan ke pihak lawan sambil berteriak khas Papua (hu … hu … hu …) dan pihak musuh pun menjawab dengan jawaban yang sama. Berdasarkan ilustrasi tersebut perang bisa dimulai.

Kemudian para penari tersebut meliuk-liuk di pelataran perang yang telah disepakati bersama dam lari berkeliling membentuk formasi perang. Dimana formasi perang ini membentang sejajar, garis lurus, melingkar, segitiga, dan terpencar. Untuk formasi dapat berubah-ubah tergantung medan perang, kekuatan lawan, dan kekuatan pasukan yang ada.

Jika peperangan telah selesai, biasanya mereka berangkulan dan mengunyah sirih pinang bersama. Setelah itu, menyanyikan lagu-lagu adat yang melambangkan kebesaran dan kehormatan suku melalui perang itu.

16. Tari Imo

Tari Imo adalah sebuah kreasi seni tari yang berasal dari daerah Kampung Karas, Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat. Dimana daerah tersebut banyak dihuni oleh suku Ila. Pada dasarnya tarian ini menggambarkan Suku Ila saat melakukan peperangan.

Tarian ini sama halnya dengan tari Etol, yaitu dibawakan oleh penari pria saja dan tari adat ini mengutamakan gerak hentakan kaki. Dimana awal gerakan kaki diangkat dan dihentakkan ke tanah sebanyak 4 kali, lalu ditarik ke belakang dan dilakukan hal sedemikian rupa pada kaki berikutnya.

Selain itu, ketika melakukan gerakan hentak kaki, para penari sambil bernyanyi yang dipimpin oleh salah seorang penari dan para penarinya mengikutinya. Untuk para penari ini menggunakan pakaian hunga-hunga yang terbuat dari kulit kayu dan lantan (pakaian atas pria).

Sedangkan untuk tata rias wajah, para penari memakai tawak atau kapur putih. Pada pakaian yang dikenakan tersebut telah disertai dengan aksesoris seperti wan wander (gelang) yang terbuat  dari taring babi dan dipakai pada lengan, kemudian ada kandang kerek atau sejenis kain panjang yang dikenakan pada bagian kepala, serta halaka (gelang) yang terbuat dari tembaga yang dipakai di pergelangan kaki.

17. Tari Humbelo

Tari Humbelo merupakan sebuah tarian adat Papua yang lahir dari daerah Kalabra, Kecamatan Teminabuan, kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Tarian ini menggambarkan aktivitas masyarakat yang sedang berburu babi hutan, yang sering dilakukan oleh pemuda suku Kalabra.

Dalam gerakan tari Humbelo mengutamakan gerak kaki. Sedangkan untuk gerak tubuh dan tangan menyesuaikan dengan irama gerak kaki. Jika dilihat-lihat, gerakan tarian ini menyerupai gerak-gerik seperti anjing yang sedang berburu.

Biasanya tari adat Papua satu ini ditarikan oleh penari pria dan wanita, dan bawakan secara massal serta diiringi dengan instrumen musik kalin atau tifa. Untuk busana penari pria biasanya mengggnakan usan syeren (Cawat untuk pria), sementara busana untuk penari wanita, yaitu usan keidi atau usan kaitii(Cawat untuk wanita).

Selain itu, busana yang dikenakan oleh para penari tersebut juga dilengkapi dengan aksesoris berupa sabet atau manik-manik, topi (bri) yang terbuat dari sejenis daun tikar dan dihiasi dengan bulu-bulu kasuari serta burung mambruk. Untuk tata rias wajah para penari memakai arang dan tanah liat.

Ketika terdapat pementasan tarian ini, sering kali dipentaskan ditempat terbuka seperti lapangan saat waktu pagi, sore, atau malam dengan durasi pertunjukan 15 menit. Tarian ini sudah mengalami pembaruhi sejak awal Indonesia merdeka oleh Akon M. Kini dan kini tari ini dikembangkan oleh grup tari “Valentino Group”.

18. Tari Fayaryar Kar Baryam

Tari Fayaryar Kar Baryam merupakan tarian adat Papua yang mengisahkan tentang seseorang yang sedang menebang sagu. Tarian ini merupakan kreasi seni tari yang telah disusun kembali oleh M. Mandosir.

Dalam pementasannya, tarian ini mengutamakan gerak kaki dan tangan. Sementara gerak tubuhnya menyesuaikan irama tifa yang dimainkan. Adapun susunan tari dalam peertunjukannya, yaitu :

  • Pada bagian awal, terdapat para penari yang sedang menggambarkan aktivitas menebang pohon sagu dan memohon doa restu kepada dewa.
  • Pada bagian kedua terdapat para penari yang menggmbarkan sedang melakukan bersih-bersih dan menebang pohon sagu.
  • Pada bagian ketiga, para penari menggambarkan aktivitas mengolah sagu dan siap dibawa pulang.
  • Pada bagian keempat, para penari menggambarkan aktivitas sudah selesai dan mereka membawa hasil sagu dengan gembira.

19. Tari Etol

Tari Etol adalah salah satu tarian adat Papua yang berasal dari daerah Marind, pesisir pantai Merauke. Dimana wilayah tersebut merupakan dihuni oleh suku Marind. Sama halnya dengan tari Aluyen, tari Etol ini telah ada sejak Indonesia belum merdeka. Tari Etol mencerminkan kisah kemenangan setelah melakukan peperangan antarsuku.

Tarian ini sedikit berbeda dengan tari adat Papua lainnya, dimana dalam pembawaannya tari ini ditarikan oleh sekelompok penari pria saja. Para penari tersebut menggunakan busana yang disebut Mul, busana ini terbuat dari daun sagu dan memiliki panjang dari pusar hingga lutut. Selain itu juga dilengkapi dengan aksesoris berupa Himbu, yaitu topi yang terbuat dari anyaman bulu burung kasuari. Sementara tata rias wajahnya mengenakan warna putih dari tanah dan warna merah atau mbon untuk bagian dada dan kaki.

Untuk gerakan pada tari Etol ini hanya memiliki satu gerakan saja, yaitu gerkan yang membentuk suatu kesatuan basisan. Mengapa hanya memiliki satu gerakan saja? Karena tari adat ini menggambarkan kisah kemenangan dalam berperang.

Untuk posisi pimpinan Perang (Amnanggaipha) berada di depan dan Wakil pimpinan Perang berada di belakangnya, sementara para penari lain membuat barisan tiga-tiga. Biasanya tarian ini dipentaskan pada waktu malam hari hingga pagi hari. Dalam pementasannya tari etol tidak ada pengiring alat musiknya.

20. Tari Dow Mamun

Tarian adat Papua yang terakhir kita bahas adalah tari Dow Mamun. Tarian ini lahir dari daerah daerah Biak, Kabupaten Teluk Cenderawasih, Provinsi Papua. Keberadaan dari tari Dow Mamun telah ada sejak Indonesia belum merdeka. Pada dasarnya tari adat Papua ini menggambarkan kisah peperangan dan kemenangan.

Biasanya tari ini ditarikan secara berkelompok oleh pria dan wanita dan dipentaskan pada waktu sore dan malam hari. Untuk para penari pria menggunakan busana yang disebut cawat (Mar yang terbuat dari kulit kayu) dan dilengkapi dengan aksesoris seperti sisir bambu yang diukir dan membawa parang atau sumber, panah atau mariam, dan tombak atau bom.

Perlu anda ketahui, adapun beberapa susunan atraksi tari yang harus diterapkan saat pementasan, yaitu :

  • Pertama terdapat dua orang pemain masuk dulu yang bertugas sebagai penabuh tifa (siwer), lalu para para penarinya mengikutnya.
  • Kedua para penari melakukan gerakan loncatan sebanyak dua kali di tempat dengan tempo cepat.
  • Ketiga para penari pria melakukan gerakan melangkah 2 kali, yaitu ke samping kiri dan kanan, lalu para penari wanitanya membentuk posisi saling berhadapan sambil berpegangan tangan. Sementara penabuh tifa melakukan gerak lompat jongkat, baik ke belakang, ke muka, dan mengelilingi penari.
  • Keempat para penari pria kembali dalam posisi awal. Sementara penabuh tifa tetap berada di depan penari.
  • Kemudian para penari membentuk posisi setengah lingkaran dan berada dalam satu baris. Sementara penari tifa melakukan gerakan loncatan-loncatan.
  • Setelah itu para penari berubah formasi dengan membentuk 2 buah lingkaran. Lingkaran pertama khusus untuk wanita berada di bagian dalam, sementara lingkaran kedua untuk penari pria berada di bagian luar mengelilingi lingkaran penari wanita.

21. Tari Seka

Tari Seka adalah salah satu tarian adat Papua bagian selatan yang berasal dari wilayah Timika, Kaimana dan Fakfak. Tari adat ini menggambarkan ucapan rasa syukur kepada Sang Pencipta ini hadir mewarnai kehidupan masyarakat pesisir.

Pertama kali tari seka dipentaskan bertujuan untuk ucapan syukur ketika hasil panen melimpah serta prosesi adat pernikahan, yaitu menghantarkan gadis ke calon mempelai laki-laki.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu tarian ini berfungsi untuk melukiskan tanah papua sebagai tari pergaulan dan penyambutan tamu.  Suku Napiti dan Suku Miere yang mendiami wilayah Kaimana masih sering menampilkan tari Seka dalam denyut aktivitas sehari-hari.

Disisi lain, Suku Kamoro yang mendiami daerah Timika juga melestarikan irama budaya melalui tarian ini. Sementara, suku Komora juga meyakini bahwa tari Seka menyimbolkan semangat saat akan berperang, pada waktu lampau.

Untuk gerakan tari Seka ini mengutamakan hentakan pada kaki gerakan pinggul,melambaikan tangan, mengikuti riuh rendahnya suara Tifa, dan bergerak berputar putar membuat lingkaran. Dalam gerakan tersebut, para penari sambil meneriakan komando yang dipimpin oleh pimpinan tari untuk merubah posisi formasi tarian.

Demikian ulasan dari saya mengenai Tarian adat Papua yang bisa calonpengangguran sampaikan, Semoga sedikit informasi ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan referensi untuk anda semua, terima kasih atas perhatiannya.

Baca Juga TARIAN ADAT LAMPUNG BESERTA PENJELASANNYA TERLENGKAP