Rumah Adat Sumatera Utara – Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang memiliki keberagaman budaya mulai dari pakaian, tarian hingga rumah adatnya. Dari sekian banyak budaya yang dimiliki Sumatera utara, ternyat setiap budaya memiliki ciri khas yang untuk dibandingnya di daerah lain.
Sumatera Utara yang beribukota Medan ini memiliki kebudayaan yang paling menonjol yaitu rumah adatnya. Medan memang dikenal sebagai mayoritas dengan penduduknya bersuku Batak.
Bagaimana masih penasaran? Tak perlu basa-basi lagi, mari simak ulasan berikut ini mengenai rumah adat Sumatera Utara dan Penjelasannya serta Keunikannya yaitu :
9 Rumah Adat Sumatera Utara, Sejarah dan Keunikannya
1. Rumah Bolon
Rumah adat Bolon atau bisa disebut juga rumah balai batak toba ini merupakan salah satu rumah adat Sumatera Utara yang sudah mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah untuk dijadikan perwakilan sebagai rumah khas dari Medan.
Desain dari rumah ini berbentuk persegi panjang dan tergolong ke dalam kategori rumah panggung. Dalam pembuatan rumah ini, bahan yang digunakannya rata-rata asli dari alam.
Menurut informasi yang saya dapatkan, bahwa satu bangunan rumah adat dapat di huni oleh 4-6 kepala keluarga yang hidup berdampingan secara harmonis.
Oh iya tentunya anda ada yang bertanya-tanya, Mengapa rumah adat ini di desain seperti rumah panggung? Karena agar dibagian bawah rumah ini memiliki kolong atau ruangan terbuka yang dibuat khusus untuk kandang hewan pemeliharaan bagi masyarakat Batak, seperti babi, ayam, dan kambing.
Dibalik dari Nilai Filosofi Rumah Adat Bolon :
- Pada bagian atas pintu terhiasi dengan lukisan hewan seperti cicak maupun kerbau dengan warna dominan merah, hitam dan putih. Makna dari lambang cicak ini yaitu menggambarkan bahwa masyarakat batak mempunyai rasa persaudaraan sangat kuat antar sesama. Sedangkan lambang kerbau menggambarkan ucapan tanda terimakasih.
- Pada bagian dinding dari rumah tidak begitu tinggi sebab tak memakai plafon dan cukup untuk berdiri.
- Pada bagian atapnya tampak amat sebab di desain menyerupai pelana kuda yang sangat sempit.
- Agar bentuk tampilan dari rumah adat ini terliahat lebih cantic di pandang, biasanya di bagian atasnya dihiasi dalam bentuk anyaman.
Fungsi Rumah Adat :
Menurut sumber yang saya dapatkan, bahwa pada zaman dahulu rumah adat Bolon merupakan kediaman ataupun tempat tinggal dari 13 raja-raja batak.
Namun seriring berjalannya waktu, kini rumah adat ini dapat dipergunakan untuk kediaman masyarakat batak pada umumnya. Berikut ini beberapa fungsi bagian ruangan rumah adat Bolon yaitu :
- Tempat Jabu Bong adalah ruangan yang terletak di bagian belakang sudut sebelah kanan sekaligus dijadikan sebagai ruang khusus bagi kepala keluarga.
- Tempat Jabu Sodung merupakan ruangan yang berada di bagian sebelah kiri sekalian berhadapan dengan jabu bong. Ruangan ini dibuat khusus bagi anak perempuan..
- Tempat Jabu Suhat adalah ruangan yang berada pada bagian depan sudut sebelah kiri. Ruangan ini digunakan khusus bagi anak leki-laki yang telah menikah.
- Tempat Tampar Piring sebuah ruangan yang berada di sebelah jabu suhat. Ruangan ini dibuat khusus untuk menyambut kedatangan tamu.
- Tempat Jabu Tonga Rona Ni Jabu Rona merupakan satu-satunya ruangan yang memiliki ukuran paling besar dibandingkan dengan ruangan lainnya. Ruangan ini dijadikan sebagai ruang keluarga dan terletak pas ditengah-tengah.
- Tempat Kolong dibangun memang khusus dipakai untuk kandang ternak hewan pemeliharaaan (Ayam, Kambing, Babi) serta sebagai tempat penyimpanan bahan makanan.
2. Rumah Suku Karo
Rumah adat Sumatera Utara selanjutnya yaitu Rumah adat Karo. Sebutan lain dari rumah adat ini adalah rumah adat Siwaluh Jabu. Penamaan dari Siwaluh Jabu ini terdapat filosofi yang artinya sebuah rumah yang ditempati sebanyak 8 kepala keluarga.
Dimana didalam rumah adat tersebut, setiap kepala keluarga memiliki peranan masing-masing.
Sementara untuk pembagian tempat setiap kepala keluarga di dalam rumah karo diatur oleh adat karo itu sendiri. Rumah karo memiliki 2 buah ruangan yaitu Jabu Jahe (hilir) dan Jabu Julu (hulu).
Dimana ruang Jabu Jahe terbagi menjadi 2 tempat lagi, yaitu Jabu ujung kayu dan Jabu rumah sendipar ujung kayu. Umumnya rumah karo memiliki sebanyak 8 ruangn dan ditempati oleh 8 kepala keluarga.
Sedangkan jumlah dapur yang dimilikinya cuman empat. Setiap Jabu dipecah menjadi dua, dengan demikian akan tercipta banyak jabu.
Pecahan dari jabu tersebut menghasilkan jabu lainnya meliputi sedapuren bena kayu, sedapuren ujung kayu, sedapuren lepar bena kayu dan jabu sadapuren lepar ujung kayu.
3. Rumah Suku Pakpak
Rumah adat Sumatera Utara yang satu ini merupakan rumah khas suku Pakpak. Nama lain dari ruma pakpak yaitu rumah adat Dairi. Dalam pembutan rumah adat ini hanya menggunakan bahan dari kayu dan bagian atapnya memakai bahan ijuk.
Tampilan desainnya sendiri dibuat khas tampak seperti adanya seni kebudayaan suku Pakpak. Masing-masing bagian ruangan dari rumah pakpak memiliki arti tersendiri. Selain itu, rumah adadt pakpak termasuk kedalam jenis rumah panggung, sehingga dibutuhkannya tangga dan tiang penyangga.
4. Rumah Adat Mandailing
Rumah adat Mandailing atau lebih dikenal dengan nama Bagas Godang. Dimana dalam Bahasa suku Mandailing Bagas yang berarti rumah dan godang artinya banyak. Rumah Mandailing ini dapat anda temukan di kabupaten Natal (Madina).
Daerah tersebut merupakan bagian dari kabupaten Padang Lawas dan kabupaten Tapanuli Selatan. Suku Mandailing ini sangat memegang teguh budaya aslinya, salah satu conohnya rumah adat Mandailing ini.
Baca Juga Berikut Ini Rumah Adat Minangkabau Dan Penjelasannya Terlengkap
5. Rumah Adat Melayu
Pulau Sumatera memang terkenal akan mayoritas dari suku Melayunya, termasuk di Provinsi Sumatera Utara ini. Meskipun Suku Melayu yang ada di Sumatera Utara dengan Suku Melayu yang ada di Jambi sebutannya sama, namun pada kenyataannya budaya yang diterapkan berbeda. Misalnya saja bentuk rumah adatnya.
Kalau di anda sedang berkunjung Ke Sumatera Utara, anda dapat menemukan rumah adat Melayu ini di Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Labuhan dan Kabupaten Serdang Begadai (Sergei) dan Tebing Tinggi.
Menurut sumber informasi yang saya dapat, Suku Melayu ini merupakan salah satu suku yang ikut serta dalam membangun kota medan dan menjadikan kota terbesar nomor 3 di Indonesia.
Berbicara mengenai rumah adat Melayu, tentunya warna rumahnya identik dengan warna kuning dan hijau. Pada bagian dinding dan lantai rumah adat ini terbuat dari papan, sementara atapnya menggunakan bahan ijuk.
6. Rumah Adat Nias
Dalam bahasa di suku Nias, Rumah adat ini dikasih julukan dengan nama Omo Hada. Tampilan desain bentuk dari rumah Nias ini termasuk kedalam jenis rumah panggung khas Nias. Selain itu, juga terdapat rumah adat Nias dengan model yang berbeda, yaitu Omo Sebua.
Apa itu Omo Sebua? Yaitu rumah adat yang dihuni khusus untuk kaum bangsawan, para kepala negeri (Tuhenori), kepala desa (Salawa). Dalam pembangunan rumah adat ini dibutuhkan bahan kayu nibung sebagai tiang penyangga rumah.
Kayu yang digunakan pun harus berukuran besar dan tinggi serta memiliki kekuatan yang kokoh. Untuk bagian lantai rumah ini beralaskan Rumbia. Tampilan rumah adat Nias sanagat beragam mulai dari bulat telu (Terletak di daerah Nias Utara, Timur, dan Barat). Selain itu terdapat bentuk persegi panjang (Berada didaerah Nias Tengah dan Selatan).
Bangunan ini tahan akan bencana gempa bumi, karena pondasi rumah ini tiding tertanam kedalam tanah dan sambungan kerangkanya tidak menggunakan paku. Tetapi semua itu belum menjamin, kita kembalikan ke Yang Maha Kuasa.
7. Rumah Adat Angkola
Sering kali kita memandang bahwa rumah adat suku Angkola ini sama seperti rumah adat suku Mandailing. Jika kita lihat lebih detail, tentu berbeda walaupun rumah adat Angkola memiliki persamaan dalam penyebutan nama yaitu Bagas Godang. Suku Angkola ini berdiri sendiri di Provinsi Sumatera Utara.
Berbicara mengenai rumah adat ini, pada bagian atapnya memakai bahan dari Ijuk, sementara dibagian dinding dan lantainya menggunakan bahan dari kayu papan. Ciri khas dari rumah Angkola terletak pada warna rumahnya yang dominan hitam.
8. Rumah Adat Simalungun
Suku Simalungan merupakan salah satu suku di Provinsi Sumatera Utara yang mendiami di Kabupaten Simalungun dan Kota Pematang Siantar. Sering kali rumah aadat ini di juluki dengan sebutan Rumah Bolon.
Meskipun hampir menyerupai dengan ruman bolon lainnya, namun terdapat perbedaan tetunya. Dimana rumah suku Simalungun pada bagian atapnya didesain seperti bentuk limas dan memiliki ciri khas tersendiri.
9. Rumah Balai Batak Toba (Rumah Bolon)
Rumah Balai Batak Toba adalah salah satu rumah adat Sumatera Utara. Dimana rumah adat ini sebelumnya sudah saya jelaskan diatas tadi, namun disini saya kan mengupasnya lebih detail. Rumah Balai Batak Toba terbagi atas dua bagian yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon.
Diihat dari sudut pandang fungsinya, Jabu parsakitan digunakan sebagai ruang menyimpan barang. Selain itu ruangan ini juga digunakan untuk musyawarah mengenai hal-hal adat. Sementara Jabu bolon merupakan rumah yang didesain dengan ukuran yang besar dan dihuni oleh keluarga besar dan tidur bersama, sehingga rumah adat ini tidak mempunyai batasan (sekatan) ruangan seperti kamar.
Sejarah Rumah Adat Sumatera Utara (Rumah Balon)
Menurut sejarah, rumah bolon didirikan pertama kali oleh Raja Tuan Rahalim. Raja ini terkenal akan gaya perkasanya dan memiliki banyak istri yaitu berjumlah 24 istri. Tetapi yang mendiami Istana cuma puang bolon (permaisuri) dan 11 orang nasi puang (selir) sekaligus anak-anaknya berjumlah 46 orang.
Sementara 12 istri yang lainnya, tinggal didaerah perkampungan sekitar kompleks Kerajaan. Seiring berjalannya waktu, raja terakhir yang mendiami rumah balon bernama Tuan Mogang Purba. Pada tahun 1947 Masehi setelah Kemerdekaan RI sistem pemerintaan Kerajaan telah berakhir, karena telah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemudian pada tahun 1961 Masehi, salah satu keturunan pewaris asli dari Rumah Bolon menyerahkan mandat rumah Bolon sekaligus perangkatnya kepada Pemerintah Daerah Sumatera Utara.
Menurut pandangan masyarakat suku Batak, mengatakan bahwa rumah adat ini terlhihat menyerupai seperti seekor kerbau yang sedang berdiri. Dalam melakukan pembangunan rumah balon biasanya dilakukan secara bersama-sama (gotong-royong) oleh masyarakat Batak.
Rumah Bolong termasuk kedalam jenis rumah panggung, dimana rumah ini disangga oleh beberapa tiang penyangga. Tiang tersebut dibuat dari bahan asli kayu. Kayu yang digunakan pun tak sembarangan, harus memiliki kekuatan untuk menahan beban rumah.
Berdasarkan kepercayaan dari masyarakat Suku Batak, rumah bolon terbagi atas tiga bagian yang menggambarkan dunia yang berbeda-beda yaitu :
- Pada bagian atap rumah adat ini menggambarkan dunia para dewa.
- Pada bagian lantai rumah adat ini telah dipercayai dapat menggambarkan dunia manusia.
- Pada bagian bawah rumah (Kolong) dapat menggambarkan dunia kematian.
2 Keunikan Rumah Adat Sumatera Utara
1. Kepala Kerbau
Biasanya rumah adat Sumatera Utara meletakkan Kepala kerbau ini digantung di depan rumah yang terdiri dari tulang tengkoraknya, hal tersebut melambangkan kesejahteraan bagi para pemilik rumah.
Menurut kepercayaan masyarakat Sumatera Utara, semakin banyak tengkorak kerbau yang digantungkan di depan rumah, maka kehidupan yang menguni rumah tersebut akan semakin sejahtera.
Sama halnya desain dari atap rumah ini yang melengkung, menyimbolkan kesejahteraan bagi pemilik rumah itu sendiri.
2. Atap Lambe-Lambe
Desain dari rumah adat Sumatera Utara bisanya berbentuk segitiga yang terbuat dari anyaman-anyaman bambu dan ijuk sebagai penutupnya. Biasanya Ijuk ini diwarnai dengan warna merah dan putih ataupun warna hitam.
Sementara pada bagian dinding rumah adat ini dihiasi dengan ukiran bermotif buah dada dan cicak, agar terkenal dan menandakan sebagai ciri khasnya. Ukiran tersebut tak sembarangan dibuat, melainkan ada symbol dan arti maknanya.
Baca Juga Berikut Ini Rumah Adat Jambi Beserta Penjelasannya Terlengkap
Demikian ulasan mengenai Rumah Adat Sumatera Utara, Semoga sedikit informasi ini dapat bermanfaat untuk anda semua, terima kasih atas perhatiannya.