Pakaian adat Yogyakarta – Hai sobat CalonPengangguran, gimana kabar anda semuanya, tentunya sehat selalu bukan? Pada kesempatan kali ini saya akan menyajikan informasi mengenai Pakaian Adat Yogyakarta. Dimana Yogyakarta adalah salah satu kota budaya sekaligus kota pendidikan yang terdapat di Indonesia.
Oleh karena itu sebagai warga Negara Indonesia terutama yang bertempat tinggal di daerah Istimewah Yogyakarta dan sekitarnya wajib untuk melestarikan budaya khas jogja agar tidak hilang termakan waktu serta dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya.
Salah satu budaya yang wajib kita lestarikan adalah Pakaian adat Yogyakarta, pasti diantara anda semua belum mengetahui apa saja sih baju adat jogja ini bukan? Maka dari itu saya selaku penulis di situs calonpengangguran akan berbagi informasi tersebut secara detail dibawah ini.
Baca Juga Pakaian Adat Lampung Pria Dan Wanita Beserta Aksesorisnya
1. Baju Adat Yogyakarta
Surjan
Pakaian adat Yogyakarta pertama adalah Surjan atau lebih dikenal dengan nama kemeja atasan yang khusus dikenakan oleh kaum laki-laki. Surjan memiliki tampilan bentuk seperti berlengan panjang dengan kerah tegak dan terbuat dari kain bermotif lurik atau bunga. Pada zaman dulu pakai surjan ini hanya boleh dikenakan oleh kaum para bangsawan dan para abdi keraton.
Perlu anda ketahui, ternyata dibalik nama surjan tersebut singkatan dari dua gabungan kata suraksa dan janma yang artinya menjadi manusia. Ada juga yang berpendapat bahwa surjan berasal dari kata siro dan jan yang berarti pelita.
Menurut sumber sejarah, pakaian surjan ini telah ada sejak zaman Mataram Islam yang diciptakan pertama kali oleh Sunan Kalijaga. Pakaian ini sering juga disebut sebagai pakaian taqwa karena memiliki makna religius. Apa saja makna yang terkandung di pakaian surjan tersebut, yuk simak penjelasannya dibawah ini :
- Enam buah kancing pada kerah memiliki arti rukun iman.
- Dua buah kancing pada dada kiri dan kanan melambangkan dua kalimat Syahadat.
- Tiga buah kancing yang tidak terlihat di bagian dada dekat perut yang melambangkan nafsu manusia yang harus dikendalikan.
Jarik
Pakaian adat Yogyakarta selanjutnya ada jarik. Jarik yaitu sebuah lembaran kain yang bermotifkan batik dengan berbagai macam corak. Jarik sendiri memiliki filosofi tersendiri yaitu sebuah tingkatan dalam hidup. Dulunya batik sering dikenakan untuk untuk beraktivitas sehari hari oleh kaum wanita baik muda maupun tua.
Sebagai penduduk provinsi Yogyakarta ada baiknya mempertahankan warisan nenek moyang ini dengan baik dan memperkenalkan di Kancah Internasional.
Walaupun pada era saat ini kaum wanita cendrung mengenakan celana, tidak ada salahnya apabila sesekali mengenakan jarik untuk beraktivitas misalkan kondangan dan lainnya.
2. Pakaian Tradisional Sehari-hari
Maksud dari pakaian sehari-hari adalah pakaian yang dipakai oleh masyarakat jogja ketika sedang di rumah, bekerja dan saat bepergian meliputi kaum anak-anak, dewasa dan orang tua.
Pakaian Bayi atau Balita (bawah tiga tahun)
Secara umum fungsi dari pakaian pada bayi atau balita dibawah umur 3 tahun adalah untuk melindungi serta menjaga kesehatan bayi agar tidak terlalu banyak terkena angina dan sengatan serangga. Hal ini karena beberapa bagian tubuh bayi seperti kepala merupakan bagian yang sangat rawan oleh karena itu orang tua perlu memberi perhatian khusus agar lebih terlindungi.
Umumnya bayi yang berumur dibawah tiga tahun masih mengenakan selembar kain putih atau lebih sering disebut popok dengan ukuran berkisar antara 30 sampai 50 sentimeter berbentuk persegi panjang. Kenapa berbentuk begitu? Karena berfungsi sebagai celana atau cawet. Hal ini dikarenakan pada bayi yang berumur sekitar 3 bulan lebih sering mengeluarkan ari kencing apalagi pada musim hujan, maka dari itu penggunaan popok terbilang lebih baik dibandingkan mengenakan celana pendek.
Secara garis besar popok memiliki beberapa fungsi yang dirasa lebih baik dari pada celana pendek, yaitu sebagai pengganti celana pandek, akan tetapi lebih praktis dan juga berguna untuk kesehatan kulit kelangkang bayi, selain itu popok mudah dicuci dan mudah kering, relatif garnpang dibuat dan murah harganya.
Pada bagian perut dan bagian bawah perut, bayi mengenakan penutup dada dan perut yang disebut grita yang dibuat dari kain mori putih dengan ukuran hampir sama dengan popok. Kemudian dibagian dalam grita terdapat lapisan kain yang berfungsi untuk menutupi bagian dada dan perut agar terlindung dari tiupan angin yang dapat mengakibatkan perut bayi itu kembung.
Pakaian Bayi Berumur 3-5 Tahun
Untuk bayi yang berumur 3 sampai 5 tahun, umumnya mengenakan pakaian tergantung dari jenis kelaminnya. Untuk kaum wanita dominan menggunakan rok terusan atau rok dengan baju yang baik warna maupun modelnya sangat bervariasi.
Namun tidak menutup kemungkinan rok yang dikenakan merupakan kain tetoron , mori polos atau kain poplin kembang-kembangan. sutera, katun, kaos dan lain sebagainya. Kalau untuk kaum pria terbilang lebih sederhan hanya mengenakan celana pendek dan atas batik.
3. Pakaian Tradisional Sehari-hari Anak dan Remaja
Pakaian Anak Laki-Laki
Pakaian adat Yogyakarta yang biasanya dikenakan oleh anak laki-laki dikenal dengan sebutan kencongan. Pada umumnya kencong ini digunakan oleh anak lagi-laki terdiri dari kain batik yang dikenakan dengan baju surjan, lonthong tritik, ikat pinggang berupa kamus songketan dengan cathok terbuat dari suwasa (emas berkadar rendah).
Sedangkan pakaian yang dikenakan dalam aktivitas sehari-hari diantaranya baju surjan, kain batik dengan wiru di tengah, lonthong tritik, kamus songketan, timang, serta mengenakan dhestar sebagai tutup kepala.
Pakaian Anak Wanita
Setelah mengenal pakaian adat Yogyakarta untuk anak laki-laki, sekarang kita bahas pakaian adat untuk anak wanita. Pakaian adat yang digunakan untuk anak wanita ini dikenal dengan sebutan Sabukwala Padintenan.
Desain pakaian adat ini seperti jarik atau kain batik bercorak parang, ceplok, atau gringsing, baju katun, ikat pinggang kamus yang dihiasi dengan motif flora atau fauna, lalu memakai lonthong tritik, serta menggunakan cathok dari perak berbentuk kupu-kupu, burung garuda, atau merak.
Bukan hanya itu, namun juga dikasih tambahan aksesoris pelengkap dari subang diantaranya, kalung emas dengan liontin berbentuk mata uang (dinar), gelang berbentuk ular (gligen) atau model sigar. Oh iya, bagi anda yang memiliki rambut panjang, sebaiknya rambutnya dimodelkan dengan bentuk disanggul.
Baca Juga Berikut Ini Pakaian Adat Jawa Tengah Beserta Penjelasannya
Remaja Pria dan Wanita
Bagi kaum wanita khususnya kalangan dewasa di daerah Imogiri dan sebagian besar jogja, Pada umumnya mereka menggunakan pakaian adat berupa kebaya berbagai motif dengan bawahan kain batik atau jarik. Ciri khusus dari pakaian ini yaitu terletak pada tatanan rambut yang disanggul / konde. Namun secara umum baju kebaya bermotif kembang dengan warna cerah. Untuk mengenakan pakaian tersebut kain diatur agak tinggi di atas tumit atau cikrang dalam bahas Jawa maksudnya agar memudahkan gerak mereka.
Beda halnya untuk kaum pria, umumnya mengenakan pakaian sehari-hari berupa celana pendek dan celana panjang, dan ada kalanya di antara mereka ada yang tanpa baju (ngligo, Jawa) seperti yang dijumpai di daerah lmogiri. Bagi mereka yang tanpa baju biasa tergolong mereka yang kurang mampu.
Intinya baik kaum wanita ataupun pria sangat diharuskan mengenakan pakaian yang sopan, hal ini sudah ditanamkan oleh nenek moyang masyarakat Kraton. Kenapa begitu? Dari hasil wawancara yang saya lakukan hal ini disebabkan pengaruh lingkungan dimana di daerah Kraton banyak masyarakat priyayi yang masih ada hubungannya dengan kerabat Sultan yang sangat memperhatikan cara berpakaian yang baik.
Pakaian Tradisional Orang Dewasa
Untuk pakaian khusus orang dewasa di daerah jogja lebih dipengaruhi oleh pekerjaan, karena mereka lebih banyak bekerja di sector pertanian maka pakaian yang dikenakan sangat sederhana. Untuk kaum pria lebih senang mengenakan pakaian setelan warna hitam dan celana hitam dengan baju kaos oblong putih. Celana itu berbentukcelana kolor, panjangnya sampai di bawah lutut. Alas kaki sandal cepit, sandal kulit biasa dan kadang-kadang tanpa alas kaki sama sekali.
Selain itu, untuk golong orang “kolot” lebih suka mengenakan baju surjan dengan kain batik berbagai motif. Kemudian dibagian kepala mnegenakan penutup yang sering disebut iket, udheng atau destar. Untuk alas kaki menggunakan sandal jepit. Pakaian semacam ini biasanya untuk suatu pertemuan formil.
4. Pakaian Tradisional Bepergian dan Bekerja
Terdapat beberapa bagian dari pakaian orang dewasa untuk bepergian diantaranya sanggul, baju kebaya dari bahan lurik atau kain batik bermacam macam motif. Baju memakai kuthu baru atau tidak. bengkung setagen dan kemben, selendang lurik atau batik. Untuk selendangnya sendiri dapat memilih sesuai selera masing-masing, dan alat kaki biasanya mengenakan sandal ataupun tidak. Kemudian dibagian kepalanya mengenakan sanggul gelung kondhe dengan perlengkapan tusuk kondhe dan dengan sunggaran sekedarnya.
Sedangkan untuk kaum pria mengenakan tutup kepala yang sering disebut caping berbentuk kerucut yang terbuat dari bahan anyaman bambu untuk bepergian kepasar ataupun ketempat lain. Agar lebih menarik, biasanya dicat dan diberi tambahan plisir plastik atau kain berwarna yang menyolok. Selain mengenakan caping, ada juga yang mengenakan iket dan peci.
Untuk pakaiannya sendiri mengenakan baju ukuran pendek atau panjang, celan pendek atau panjang berwarna hitam dari bahan kastup atau teteron . kaki beralaskan sandal plastik atau sandal “bandhol”. Lalu dibagian pinggang sebelah kiri tergantung sabuk besar dari kulit sebuah kantong plastic yang berisi tambakau dan kelengkapan lain untuk merokok.
5. Pakaian untuk Abdi Dalem
Apasih yang dimaksud dengan Abdi dalem itu? Yah benar abdi dalem merupakan semua karyawan maupun pegawai kraton, dimana niasanya tinggal di sekeliling Kraton. Kenapa disebut abdi dalem? Karena umumnya menunjukan identitas sebagai abdi Sri Sultan, tugasnya untuk membantu meringankan beban Sultan dalam hal mengemudikan rumah tangga dan pemerintahan kerajaan diantaranya seperti melaksanakan bertalian dengan rumah tangga dengan pengurus wilayah atau daerah kerajaan. Pakaian abdi dalam memiliki dua macam yaitu Sikep Alit dan Langenarjan.
Pakaian Sikep Alit yang dimaksud disini adalah seperti kain batik sawitan, baju hitam dari bahan laken (dengan kancing dari tembaga atau kuningan yang disepuh emas, berjumlah 7 hingga 9 buah), penutup kepala destar, keris model gayaman (diletakan di pinggang sebelah kanan belakang), selop hitam, topi pet hitam dengan pasmen emas. Pakaian sejenis ini biasanya dipakai dalam aktivitas sehari-hari.
Sementara Langeran adalah seperangkat pakaian lengkap yang terdiri dari kain batik, lalu baju bukaan yang terbuat dari bahan laken warna hitam, kemeja putih dengan kerah model berdiri, destar sama dengan model pakaian Sikepan Alit, keris model ladrangan atau gayman, kemudian dikenakan pada bagian pinggang sebelah belakang kanan, dasi berwarna putih model kupu-kupu, serta selop berwarna hitam.
Untuk jenis pakaian yang satu ini biasanya dipakai pada waktu malam hari untuk menghadiri suatu pertemuan dan jamuan makan malam dalam satu pesta khusus.
6. Pakaian Tradisional Dinas
Selain dua macam Pakaian adat Yogyakarta untuk pegawai keraton seperti “sikepan alit ” dan “langenarijan “. Terdapat pakaian adat lain yang harus dibahas karena termaksud kontum atau pakaian untuk orang dinas seperti Pakaian “Ageng” , Pakaian Pethok, dan Pakaian Tindakan.
Pakaian “Ageng ”
Merupakan seperangkat pakaian berupa model jas laken berwarna biru tua. krah model berdiri dengan rangkapan sutera berwarna biru tua dengan panjang hingga kebagian pantat. Lalu untuk bagian muka sampai bagian pinggang akan ditutupi dengan kolot yang sudah dihiasi oleh kancing yang disepuh dengan emas, dengan inisial “W” berhias mahkota sebanyak 7 buah.Lalu menggunakan celana yang seragam dengan jas. Terakhir untuk bagian atas kepala ditutupi dengan topi yang terbuat dari bahan laken berwarna biru tua , model bulat panjang dan pada bagian depan tegak tingginya 8 em.
Seperti yang sudah disinggung diatas, bahwa pakaian ageng merupakan kostum yang dikenakan oleh pejabat resmi, teryanta tidak semua pejabat resmi mengenakan pakaian ageng yang sama. Karna terdapa beberapa macam pakaian ageng tergantung strata atau tingkat masing-masing. Berikut penjelasannya, yaitu?
(a)Untuk bupati titel pangeran akan mengenakan pakaian dengan diberi plisir renda emas 1ugas/1ugu 1ebar 1 em, dipasang seeara teratur di tepi krah (guion, Jawa). Untuk bagian pinggirnya akan diberi tambahan berupa hiasan renda dengan bordiran (bludiran, Jawa) motif bunga padi.
(b) Selanjutnya untuk bupati titel adipati akan mengenakan pakaian mirip dengan bupati titel pangeran hanya terdapat sedikit hiasan bordiran pada bagian bawah krah tidak melingkar secara penuh, tetapi ada jaraknya 8 em.
(c) Kemudian bupati titel adipati akan mengenakan pakaian seperti adipati ” song-song jene” perbedaannya hanya tidak dengan hiasan bordiran pada bagian bawah krah.
(d) Selanjutnya untuk pejabat tinggi daerah jogja dengan pangkat bupati titel tumenggung biasanya menggunakan pakaian yang mirip dengan adipati, bedanya hanya terletak pada bordiran dibagian bawah.
(e) Sedangkan untuk patih akan mengenakan pakaian seperti tumenggung, tetapi bordiran di bagian depan panjangnya sampai 3 1/2 em sampai di bagian bawah kaneing terbawah.
(f) Lalu untuk Kepala distrik (wedana), mengenakan pakaian mirip seperti patih , bedanya terletak pada bordiran bagian depan dan bagian belakang dan ujung lengan hanya 2 em lebarnyadari plisir.
(g) Untuk kepala Onder distrik (asisten wedana) mengenakan pakaian seperti kepala distrik (wedana), tetapi tanpa bordiran “bunga padi” dan di bagian depan dan krah hanya 2/3 nya.
(h) Mantri polisi mengenakan pakaian seperti kepala onder distrik (asisten wedana) tetapi tanpa plisis di bagian depan dan tanpa bordiran “bunga padi” pada bagian krah.
Kastum putih (pethak).
Secara umum kastum putih atau pethak merupakan pakaian berwarna putih yang terdiri dari tiga unsur seperti Jas putih Uas bukakan), Celana biasa, dan Topi pet Putih. Untuk jas putih harus memiliki kelengkapan berupa saku (kanthong) sekadarnya tanpa variasi apa-apa. Pada bagian luarnya akan ditutupi sebanyak 6 buah dengan model kaneing seperti yang ada pada kastum Angeng. Lalu dibagian lengan akan ditambahi variasi pita dengan warna putih yang diidentikan sabagai tingkat jabatan oleh pemakai tersebut.
Pakaian bepergian (Tindakan)
Pakaian adat dinas terakhir digunakan untuk bepergian atau tindakan yang terdiri atas sepasang jas, baju dan celana dilengkapi dengan sepatu sebagai alas kaki. Dari beberapa variasi yang ada, ada satu variasi yang paling mencolok yaitu pita yang warnanya sama dengan warna jas atau mendekati, aneing perunggu bukan emas dan baju kemeja bebas menurut selera.
7. Pakaian Adat Masuk Keraton
Menurut masyarakat yang bertempat tinggal di Jogja, keraton merupakan tempat yang dianggap suci atau keramat maka dari itu untuk memasukin ruangan atau tempat tersebut diperlukan pakaian khusus yang dianggap pantas. Terdapat beberapa kriteraia pakaian yang dianggap pantas digunakan untuk memasuki keraton tergantung umur mereka, sebagai berikut.
- Bagi anak-anak yang berumur 10 sampai 11 tahun wajib mengenakan kain batik yang cara pemakaiannya setengah kain, kemudian dilipat melingkar ke punggung, lontong terbuat dari kain sutera, kamus terbuat dari kain strimin disulam dengan benang sutra atau wool; cethok dari emas atau perak, tanpa baju tanpa alas kaki. rambut diurai, disanggul konde atau dikepang.
- Selanjutnya untuk anak yang berusia 14 sampai 15 tahun wajib mengenakan kain yang disebut pinjung dengan memakai kain batik yang dibentuk sudut segituga. Kemudian dibagian kanan dan kirinya akan diberi tambahan berupa wiru, ontong, kamus, cathok dan udhet kain. Terakhir perhiasan yang dikenakan harus perhiasan subang saja tidak yang lain.
- Terakhir untuk usia diatas 15 tahun wajib mengenakan wiru pada bagian kanan, lalu mengenakan Semekan, memakai embong yaitu selembar kain yang berwarna dililitkan di bawah “semekan”, sanggul ukel tekuk, tanpa baju dan alas kaki, perhiasan yang diperbolehkan hanya subang.
8. Pakaian Upacara Adat
Sebagai manusia yang memiliki akal, tentu menjadi hal yang sangat wajar kalau pada masa lalu mereka sudah mengenal hal yang berbau dengan gaib dengan tujuang mencapaikan perasaan seperti hormat, bakti, takut, ngeri dan sebagainya. Karena hal itulah, upacara adat khususnya di daerah jogja menjadi hal yang wajar. Maka dari itu, untuk menghormati roh-roh gaib, manusia memerlukan pakaian khusus yang dirasa pantas dikenakan ketika hendak melakukan upacara adat.
Pakaian upacara daur hidup
Umumnya masyarakat jogja mengenakan pakaian ini ketika hendak melakukan upacara Tetesan yang berarti mencari membuat suasana menjadi khidmat dan agung, oleh karena itu diadakan suatu ketentuan cara berpakaian baik untuk yang puny a hajat maupun untuk para tamu· undangan. Berikut beberapa pakaian upacara daur hidup yaitu:
- Pakaian tedhak siti yang dikenakan khusus untuk kaum perempuan yang baru haid
- Pakaian tetesan merupakan sebuah pakaian yang digunakan untuk memperingati seorang anak wanita menuju dewasa.
- Pakaian Pinjung merupakan pakaian yang dikenakan untuk memperingati masa haid pertama
- Pakaian Supitan dikenakan oleh kaum pria yang hendak melakukan khitanan
- Pakaian Perkawinan merupakan pakian sepasang pengantin khas jogja
- Pakaian Kematian merupakan pakaian yang dikenakan untuk memperingati hari yang menyedihkan karena kehilang salah satu anggota keluarga.
Pakaian upacara keagamaan/kepercayaan
- Pakaian gerebeg di Kraton merupakan pakian yang dikenakan untuk beberapa macam upacara yang terdapat di Daerah lstana Yogyakarta misalnya labuhan di daerah Parangtritis Kabupaten Bantu!, Rebo wekasan di Wonokromo Kabupaten Bantul, dan lain-lain.
- Pakaian Syawalan merupakan pakaian resmi kejawen untuk upacara syawalan adalah berupa destar gaya Yogyakarta (mondholan), baju surjan dari lurik atau katum bermotif bunga. Selain itu ada juga yang mengenakan pakaian deskap berwarna putih yang dikombinasikan dengan kain batik, lalu dibagian kaki umumnya mengenakan selpo atau sandal biasa. Aksesoris lainnya adalah memakai keris model landrangan disengkelit di pinggang belakang.
- Pakaian resepsi merupakan pakaian adat jogja yang dikenakan pada beberapa acara resepsi tertentu.
9. Pakaian Adat Putri Raja
Pakaian adat yang dikenakan oleh putri raja berumur dewasa dikenak dengan sebutan Semekanan, Dimana Semekanan itu merupakan kain penutup dada panjang yang lebarnya separuh dari lebar kain panjang biasa.
Selanjutnya pakaian terdiri dari kain (nyamping) batik, baju kebaya katun, semekan tritik, serta aksesoris berupa subang, gelang, dan cincin. Sementara model dari rambut dibuat seperti sanggul tekuk polos tanpa ada aksesoris.
Untuk pakaian yang dikenakan oleh putri raja yang sudah kawin dalam aktifitas sehari-hari diantaranya semekan tritik dengan tengahan, baju kebaya katun, kain batik, sanggul tekuk polos tanpa hiasan, dan ditambahkan aksesoris pelengkap berupa subang, cincin, serta sapu tangan merah.
10. Pakaian Adat Tentara
Prajurit Jagakarya
Mengenakan celana lurik ugal agil hingga bawah lutut, kemudian mengenakan baju berwarna orange, sepatu model pantopel dari kulit warna biru tua, baju sikepan bahan dari kain lurik Jagakarya, mengenakan kaos tangan (sa rung tangan) Warna biru tua, mengenakan iket hitem model “celeng mogok” ditumpangi topi model “celeng mogok” ditumpangi topi model songkok hitam bersayap.
Prajurit Manggala Yudha
Mengenakan pakaian yang terdiri dari celana tanggung berwarna hitam atau sering disebut panji-panji, lalu juga mengenakan kain model sapit urang dengan motif parangsepatu pantoel hitam dari kulit, dengan kaos kaki panjang putih, boro motif cindhe yang ujungnya dihias dengan-rumbai-rumbai benang emas, baju beskap hitam yang pada tepinya dihias dengan garis dan motif daun dari bahan benang emas, mengenakan tutup kepala iket blangkon gaya mataraman selanjutnya ditutup dengan topi songkok hitam dan di belakang memakai tutup , mengenakan keris model branggah gaya mataraman.
Baca Juga Yuk Simak! Pakaian Adat Jawa Barat, Tengah Dan Timur Terlengkap
Demikian ulasan mengenai Pakaian adat Yogyakarta, Semoga sedikit informasi ini dapat bermanfaat untuk anda semua, terima kasih atas perhatiannya.